A.
Tinjauan
Umum tentang Sistem.
1.
Definisi
sistem.
Banyak ahli yang
mendefinisikan pengertian sistem. Beberapa definisi sitem menurut para ahli,
antara lain:
a. Menurut
Ludwig Von Bartalanfy, sistem merupakan seperangkat unsur yang saling terkait
dalam suatu antar relasi diantara unsur-unsur tersebut dengan lingkungan.
b. Menurut
Anatol Raporot, sistem adalah suatu kumpulan kesatuan dan perangkat hubungan
satu sama lain.
c. Menurut
L.Ackof, sistem adalah setiap kesatuan secara konseptual atau fisik yang
terdiri dari bagian-bagian dalam keadaan saling tergantung satu sama lainnya.
d. Gordon
B.Davis menyatakan bahwa, sebuah sistem terdiri dari bagian-bagian yang saling
berkaitan yang beroperasi bersama untuk mencapai beberapa sasaran atau maksud.
e. Raymond
Mcleod menyatakan bahwa sistem adalah himpunan dari unsur-unsur yang saling
berkaitan sehingga membentuk suatu kesatuan yang utuh dan terpadu.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka dapat
dinyatakan bahwa sistem adalah sekumpulan unsur atau elemen yang saling
berkaitan dan saling mempengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama untuk
mencapai suatu tujuan. Sebagai contoh; sistem komputer. Sistem komputer terdiri
dari software, hardware, dan brainware. Ketiganya merupakan elemen
yang memiliki fungsinya masing-masing, dan saling berhubungan. Pengoperasian
komputer bertujuan untuk memudahkan kerja manusia. Pengoperasian tersebut dapat
berjalan karena sistem komputer bekerja.
Dalam lingkup dunia pendidikan, dapat dicotohkan
sistem sekolah. Secara garis besar, sistem sekolah terdiri dari proses
pembelajaran, managemen sekolah, dan kultur sekolah. Ketiganya merupakan elemen
yang membentuk sistem persekolahan dengan fungsinya masing-masing. Ketiga
elemen tersebut saling berhubungan dan bekerja sama untuk mencapai visi dan
misi sebagai tujuan sekolah.
2.
Syarat-syarat
sistem.
Kata sistem
mensyaratkan bahwa ada unsur keteraturan yang bekerja di dalamnya. Sistem dapat
dianalogikan sebagaimana benda yang bekerja secara mekanis. Oleh karenanya,
agar suatu hal bisa disebut sebagai sistem, maka harus memenuhi beberapa
syarat. Syarat-syarat sistem antara lain:
a. Sistem
harus dibentuk untuk menyelesaikan masalah.
Merancang
suatu sistem, berarti mempersiapkan elemen-elemen yang dibutuhkan agar sistem
dapat bekerja secara porposional dan optimal. Sistem tersebut harus mampu
mengatasi permasalahan yang telah ada sebelumnya, termasuk memiliki kemampuan
memprediksi serta mampu mengatasi permasalahan yang akan timbul. Sistem
dikatakan berhasil manakala sistem tersebut dapat mengakomodir kebutuhannya,
menghasilkan means-end yang
diharapkan, dan mampu menyelesaikan masalah.
Penyelesaian
masalah yang dihadapi termasuk means-end
suatu sistem. Dalam merancang suatu sistem, elemen-elemen sistem dipersiapkan
sedemikian rupa sesuai fungsinya. Penyelesaian masalah dapat terjadi pada
tingkat subsistem dan oleh sistem itu sendiri. Pada tingkat subsistem, penyelesaian masalah dilakukan
oleh elemen sistem, yang berarti penyelesaian masalah oleh bagian dari sistem
secara parsial. Sedangkan pada tingkat sistem, penyelesaian masalah terjadi
pada tingkatan sistem sendiri atau dengan kata lain, dilakukan oleh sistem
secara utuh.
b. Elemen
sistem harus mempunyai rencana yang ditetapkan.
Elemen
sistem sebagai bagian dari sistem, disatukan dalam pengorganisasian elemen.
Setiap elemen berinteraksi dan terintegrasi dalam pengorganisasian tersebut.
Pengorganisasian elemen menimbulkan hubungan interdependensi diantara
elemen-elemen sebagai unsur pembentuk sistem. Pengorganisasian, interaksi,
integrasi, dan interdependensi antar elemen tersebut dimaksudkan untuk mencapai
tujuan pokok. Berikut visualisasinya:
Elemen sistem/ subsitem
|
Elemen sistem/ subsitem
|
Elemen sistem/ subsitem
|
Elemen sistem/ subsitem
|
TARGET
|
TARGET
|
TARGET
|
TARGET
|
pengorganisasian
|
S
I
S
T
EM
|
Main Objection/
Tujuan utama
|
interaksi
|
interdependensi
|
integrasi
|
Grand Planning
|
Plan
|
Plan
|
Skema 1. Setiap elemen harus mempunyai
rencana yang ditetapkan untuk mencapai tujuan elemen (target).
Keterangan:
1) Pengorganisasian
mencakup struktur dan fungsi organisasi. Struktur organisasi bersifat
hirearkhis, yakni terdapat tingkatan terutama dalam wewenang, tanggung jawab
yang dipikul, dan distribusi tugas. Organisasi tidak akan berjalan tanpa adanya
fungsi dari setiap elemen maupun sub elemen.
2) Interaksi
yakni saling keterhubungan antara bagian yang satu dengan lainnya.
3) Interdependensi,
yakni bagian yang satumempunyai ketergantungan dengan bagian yang lainnya.
4) Integritas
yakni suatu keterpaduan antara subsistem-subsistem untuk mencapai tujuan.
5) Tujuan
utama yakni pemusatan tujuan yang sama dari masing-masing subsistem.
Sebagai
contoh, salah satu visi Sekolah Mengengah Kejuruan adalah menghasilkan sumber
daya manusia yang siap disalurkan di dunia kerja, dunia industri. Untuk bisa
disalurkan di dunia kerja dan dunia industri, kualitas lulusan harus memenuhi
syarat penguasaan kompetisi dalam tiga ranah pendidikan, baik kognisi, afeksi,
maupun psikomotor. Pencapaian ‘goal’ dilakukan oleh sistem yang merupakan
penggabungan ‘goal’ dari setiap elemen/ subsitem, juga ‘goal’ yang diraih oleh
sistem secara utuh.
Proses
pembelajaran yang mampu mencakup ketiga ranah pendidikan dapat dilakukan dengan
dukungan semua elemen, yakni kurikulum, managemen sekolah, dan kultur sekolah. Setiap
elemen memiliki target dan deskripsi tugas masing-masing. Pencapaian target
setiap elemen harus diawali dengan perencanaan yang matang, mulai dari input –
proses – output. Target yang dicapai oleh elemen atau subsitem diselaraskan
menjadi tujuan utama sistem.
c. Adanya
hubungan diantara elemen sistem.
Elemen
sistem atau disebut juga dengan subsistem memiliki hubungan yang saling terkait
antara satu dengan yang lainnya. Dalam menjalankan fungsinya, elemen sistem
tidak bisa tanpa keterlibatan elemen yang lain. Keberadaan setiap elemen
diposisikan sebagai pendukung dan penunjang diantara elemen-elemen sistem yang
ada. Kelebihan suatu elemen akan mampu menutupi kekurangan elemen yang lain,
demikian pula sebaliknya. Hubungan tersebut bersifat mekanis, karena jika salah
satu elemen mengalami ‘kemandegan’ maka sistem akan terganggu, bahkan sistem
akan tidak berjalan. Sistem yang tidak berjalan tentunya tidak dapat meraih main objection-nya.
Ini
berarti hubungan-hubungan seperti pengorganisasian, interaksi, interdependensi,
dan integrasi memang sengaja diciptakan dalam sistem, untuk meraih tujuan
utama. Hubungan-hubungan tersebut memposisikan setiap elemen agar bekerja sama
dengan solid.
d. Unsur
dasar dari proses (baik berupa arus informasi, energi, maupun material) lebih
penting dari pada elemen sistem.
Penyataan
di atas, sepintas terasa kontradiktif dengan keharusan adanya elemen sistem
sebagai unsur penting yang membentuk suatu sistem. Namun demikian, pernyataan
tersebut bukan tanpa alasan. Elemen sistem lahir atau dibentuk dari unsur dasar
sebuah proses. Tanpa adanya unsur dasar dari proses maka elemen sistem tidak
akan ada. Elemen sistem dapat menentukan rencana, mematok target, dan
menyatakan fungsinya jika unsur dasar dari proses telah ada, telah
terklasifikasi, dan telah jelas kedudukannya.
e. Tujuan
organisasi lebih penting dari pada tujuan elemen.
Tujuan
organisasi menunjuk pada main objection,
atau visi dan misi organisasi yang hendak dicapai. Dalam sistem, meskipun
setiap elemennya memiliki target atau tujuan, namun semua tujuan tersebut
dimaksudkan untuk mencapai tujuan organisasi secara utuh, bukan keberhasilan
yang bersifat parsial saja. Oleh karenanya penyelarasan tujuan setiap elemen ke
dalam tujuan utama organisasi menjadi hal yang penting, agar sistem tidak
terpecah. Keberhasilan mencapai tujuan elemen dijadikan sebagai ‘kendaraan’
untuk meraih keberhasilan sistem dalam mencetak ‘goal’ yang diharapkan.
3.
Pembagian
sistem secara garis besar.
Secara garis
besar, sistem dapat dibagi menjadi dua, yakni sistem fisik (physical system) dan sistem abstrak (abstrack system). Berikut penjelasan singkatnya:
a. Sistem
fisik (physical system), yakni
kumpulan elemen-elemen atau unsur-unsur yang saling berinteraksi satu sama lain
secara fisik, serta dapat diidentifikasikan secara nyata tujuan-tujuannya.
Sebagai contoh sistem persekolahan. Sistem persekolahan memiliki elemen
diantaranya à
sumber daya manusia baik organisasi sekolah (menunjuk pada managemen, pengajar,
karyawan) dan peserta didiknya.
b. Sistem
abstrak (abstract system), yakni
sistem yang dibentuk akibat terselenggaranya ketergantungan ide, dan tidak
dapat diidentifikasikan secara nyata, tetapi dapat diuraikan elemen-elemennya.
Sebagai contoh sistem teologi, dimana hubungan antara manusia dengan Tuhan
sebagai salah satu elemennya.
B.
Prinsip
dan Penggunaan Sistem secara Umum.
Prinsip dan
penggunaan sistem menunjuk pada cara kerja, klasifikasi atau jenis,
karakteristik atau sifat-sifat yang melekat padanya, agar sistem dapat bekerja.
Berikut adalah deskripsinya msing-masing:
1.
Model
umum sistem.
Model umum
sistem berarti bagai mana cara suatu sistem bekerja. Secara umum, sistem
memiliki dua model, yaitu:
a. Model
sistem sederhana.
INPUT
|
OUTPUT
|
PROSES
|
Skema
2.
Model sistem sederhana.
Contoh:
data peserta didik (nama, presensensi, nilai, partisipasi) à
diproses à
menjadi daftar nilai semester.
b. Model
sistem kompleks.
Model
sistem ini dikatakan kompleks karena terdapat banyak input dan output.
PROSES
|
Input 1
|
Input 2
|
Output 1
|
………
|
Output 2
|
……..
|
Input n
|
Output n
|
Skema
3.
Model sistem dengan banyak input dan output.
Contoh:
Matriks à
inputnya banyak, outputnya juga banyak. Dalam hal ini misalnya penerimaan siswa
baru di SMK favorit. Nilai UN; hasil tes tertulis, wawancara, psikotes; minat
terhadap pilihan jurusan; kapasitas penerimaan; perangkingan pendaftar à
diproses à
siswa yang diterima masuk SMK beserta pembagian kelas dan jurusannya.
2.
Klasifikasi
sistem.
Klasifikasi
sistem menunjuk pada beragam jenis sistem yang ada. Berikut uraiannya:
a.
Deterministic
system.
Sistem
dimana operasi-operasi (input – output) yang terjadi di dalamnya dapat
ditentukan atau diketahui dengan pasti. Contoh: program computer, melaksanakan
secara tepat sesuai dengan rangkaian instruksinya.
b.
Probabilistik
system.
Sistem
yang input dan prosesnya dapat didefinisikan, tetapi output yang dihasilkan
tidak dapat ditentukan dengan pasti. Ini dikarenakan, selalu ada sedikit
kesalahan/penyimpangan terhadap ramalan jalannya sistem. Contoh: sistem
penilaian ujian nasional, meski dapat dipresiksi dari hasil kegiatan try out, namun tetap ada penyimpangan.
c. Open system.
Sistem
yang mengalami pertukaran energy, materi, atau informasi dengan lingkungannya.
Sistem ini cenderung memiliki sifat adaptasi, dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya sehingga dapat meneruskan eksistensinya. Contoh: sistem
keorganisasian memiliki kemampuan adaptasi. Dalam sistem bisnis, kemampuan
adaptasi digunakan untuk menghadapi persaingan pasar yang berubah. Perusahaan
yang tidak apat menyesuaikan diri akan tersingkir.
d.
Closed
system.
Sistem
fisik dimana proses yang terjadi tidak mengalami pertukaran materi, energy,
atau informasi dengan lingkungan di luar sistem tersebut. Contoh: reaksi kimia
dalam tabung berisolasi dan tertutup.
e.
Relatively
closed system.
Sistem
yang tertutup, tetapi tidak tertutup sama sekali untuk menerima
pengaruh-pengaruh lain. Sistem ini dalam operasinya dapat menerima pengaruh
dari luar yang sudah didefinisikan dalam batas-batas tertentu. Contoh: sistem
kemasyarakat suku Badui.
f.
Artificial
system.
Sistem
yang meniru kejadian dalam alam. Sistem ini dibentuk berdasarkan kejadian di
alam, dimana manusia tidak mampu melakukannya. Dengan kata lain, tiruan yang
ada di alam. Contoh: sistem simulasi kejadian alam dan imbas yang ditimbulkannya.
Dalam pembuatan bendungan, dibuat maket dengan berbagai simulasi kejadian untuk
mengetahuidaya dan tingkat ketahanan bangunan fisik bendungan.
g.
Natural
system.
Sistem
yang terbentuk dari kejadian alam. Contoh: laut, tata surya, atmosfer, dan
sebagainya.
h.
Manned
system.
Sistem
penjelasan tingkah laku yang meliputi keikutsertaan manusia. Contoh: sistem
pembelajaran dengan penerapan model-model pembelajaran tertentu, misalakan
behavioristik.
3.
Karakteristik
sistem.
Menurut Edhi
Sutanta (2003), suatu sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat tertentu.
Karakteristik sistem mempunyai wilayahnya masing-masing sebagai unsur-unsur
pembentuk sistem. Agar lebih memudahkan pemahaman menganai karakteristik
sistem, berikut ini akan dideskripsikan mengenai sifat-sifat/karakteristik sebuah
sistem, beserta wilayahnya masing-masing:
a. Mempunyai
komponen (components).
Komponen
sistem adalah segala sesuatu yang menjadi bagian penyususnan sistem. Komponen
sistem dapat berupa benda nyata ataupun abstrak komponen sistem disebut sebagai
subsistem.
b. Mempunyai
batas (boundary).
Batas
sistem diperlukan untuk membedakan suatu sistem dengan sistem yang lain, tanpa
adanya bata sistem maka sangat sulit untuk menjelaskan suatu sistem, abates
sistm akan memberikan batasan scope tinjauan terhadap sistem.
c. Mempunyai
lingkungan (environments).
Lingkungan
sistem adalah segala sesuatu yang berada di luar sistem lingkungan sistem,
dapat menguntungkan ataupun merugikan umumnya lingkungan yang menguntungkan
akan selalu dipertahankan untuk menjaga keberlangsungan sistem sedangkan lingkunagn
sistem yang merugikan akan diupayakan agar mempunyai pengaruh seminimal
mungkin, bahkan jika mungkin ditiadakan.
d. Mempunyai
penghubung/antar muka (interface).
Penghubung
(interface) merupakan sarana yang
memungkinkan setiap komponen saling berinteraksi dan berkomunikasi dalam rangka
menjalankan fungsi masing-masing komponen. Interface bertugas menjembatani
hubungan antar komponen dalam sistem.
Sub-subsistem
|
Interface
|
Subsistem
|
Sistem
|
Lingkungan sistem
|
Bounda r y
|
Skema 4. Wilayah
karakteistik sistem yang meliputi komponen. Batas sistem, lingkungan sistem,
dan penghubung sistem.
Skema
di atas menjelaskan mengenai bagaimana posisi (wilayah) keempat karakter
tersebut berada, baik sebagai pembentuk sistem maupun bagaimana komposisi suatu
sistem. Kesemuanya menyatakan keterhubungan yang tidak terputus. Dalam komponen
sistem (subsistem) sangat dimungkinkan masih memiliki bagian komponen yang
lebih kecil lagi (sub-subsistem). Baik sistem, subsistem, maupun sub-subsistem
memiliki batasan dan interface.
Fungsinya sebagai alur kerja sama dan sebagai pembatas diantaranya, agar tidak
terjadi ketumpangtindihan peran dan fungsi, dan tidak terjadi pula
penyimpangan-penyimpangan aturan (batasan) yang sudah ditetapkan.
e. Mempunyai
masukan (input).
Masukan
merupakan komponen sistem meliputi segala sesuatu yang perlu dimasukkan ke
dalam sistem sebagai bahan yang akan diolah lebih lanjut, untuk menghasilkan
keluaran yang berguna.
f. Mempunyai
pengolahan (processing).
Pengolahan
merupakan komponen sistem yang mempunyai peran utama mengolah masukan agar
menghasilkan keluaran yang berguna bagi para pemakainya.
g. Mempunyai
keluaran (output).
Keluaran
merupakan komponen sistem yang berupa berbagai macam bentuk keluaran yang
dihasilkan oleh komponen pengolahan.
h. Mempunyai
sasaran (objectives) dan tujuan (goal).
Dibangunnya
suatu sistem pada dasarnya karena untuk mencapai suatu tujuan, atau meraih
harapan-harapan tertentu. Sistem tanpa sasaran sama halnya tidak ada arah
tujuan, tidak ada alasan yang melatarbelakangi mengapa diperlukan suatu sistem
sebagi instrument mekanis untuk mewujudkan visi dan misi. Setiap komponen dalam
sistem perlu dijaga agar saling bekerja sama agar mampu mencapai sasaran dan
tujuan sistem.
i.
Mempunyai kendali (control).
Setiap
komponen dalam sistem perlu dijaga agar tetap bekerja sesuai dengan peran dan
fungsinya masing-masing. Oleh karena itu dibutuhkan adanya control. Kontrol ini
bisa berwujud seperangkat aturan teknis dan segala tindakan nyatanya agar
sistem berjalan sebagaimana mestinya.
j.
Mempunyai umpan balik (feed back).
Umpan
balik diperlukan oleh bagian kendali (control
system), untuk mengecek terjadinya penyimpangan proses dalam sistem dan
mengembalikannya ke dalam kondisi normal.
KENDALI
|
Feed back
|
Output
|
input
|
proses
|
feedforward
|
Skema 5. Posisi
komponen-komponen sistem, berkaitan dengan prinsip/cara kerja sistem.
Pada
dasarnya, pencapaian sasaran sistem berangkat dari pencapaian sasaran oleh
komponen sistem yang paling kecil. Bahkan sub-subsistem pun dimungkinkan masih
memiliki bagian sub yang membentuknya. Prinsip/cara kerja sistem dilakukan
secara mekanis bahkan untuk hal yang sangat detail.
Prinsip/cara
kerja sistem mebentuk alur mekanis yang dimulai dari ketersediaan input –
pemrosesan – dihasilkan output. Tidak berhenti sampai di sini, hasil (output)
perlu diberikan umpan balik. Umpan balik ini meliputi tindakan-tindakan baik
berupa analisis, filtering, koreksi, maupun penilaian terhadap output, yang
nantinya dapat menjadi input kembali dalam berbagai wujudnya (bisa energy,
materi, dan informasi). Feedforward, selain memiliki fungsi cross check
terhadap input dan output, secara tidak langsung juga berfungsi sebagai sumber
perolehan input dalam alur sistem lanjutan. Sistem harus memiliki kendali.
Kendali
dalam hal ini berupa seperangkat aturan kerja, kebijakan sistem, hirearkhi
pertanggung jawaban, serta pemimpin dalam berbagai tingkatan organisasi dalam
sistem. Prinsip/cara kerja kendali, terjadi pada setiap alur mekanis sistem.
Maksudnya agar sistem berjalan sebagaimana mestinya, tidak terjadi
penyimpangan-penyimpangan, mampu mencapai sasaran dalam berbagai tingkatan
paling mikro sampai sasaran sistem dalam tingkat makro.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar