Pemilihan
metode belajar yang sesuai maksudnya, dalam menentukan metode pembelajaran guru
perlu melakukan penyesuaian dan mempertimbangkan faktor-faktor tertentu.
Tujuannya agar metode pembelajaran yang digunakan tepat dan dapat mencapai
tujuan yang diharapkan. Meskipun banyak faktor yang mempengaruhi, kegiatan
memilih metode pembelajaran yang tepat jangan dipikirkan sebagai suatu
pekerjaan yang berat dan rumit. Ini sudah menjadi bagian dari tugas guru
sebagai seorang fasilitator pembelajaran. Agar memudahkan tugas guru dalam
memilih metode pembelajaran yang hendak diaplikasikan, guru dapat mengembangkan
kerangka pikir pemilihan metode menjadi ‘Applicable
Learning Method’ (penulis menamainya dengan sebutan ALM).
Penerapan
ALM ini tergantung pada setiap guru. ALM dapat diwujudkan dalam bentuk sketsa
rencana maupun cukup dalam bentuk abstraksi di dalam pikiran guru saja. Cara
mana pun yang dipilih tergantung pada keinginan guru sebagai learning designer-nya. Hakikatnya, semua
guru yang membuat perencanaan pembelajaran telah mempraktekkan ALM ini
dengan caranya masing-masing.
Kegiatan
pemilihan metode pembelajaran tercakup dalam kegiatan perencanaan pembelajaran
atau pembuatan learning design.
Berikut ini adalah contoh tahapan kerangka pikir dalam pemilihan metode
pembelajaran yang sesuai, yakni:
KERANGKA
PIKIR 1:
Pemisahan antara
faktor konstan, faktor relatif, dan faktor kondisi yang menyertai, yakni:
Sekali lagi, perlu
ditegaskan bahwasanya dalam mempraktekkan ALM setiap guru memiliki cara dan
pengalamannya masing-masing, sehingga penjabaran yang ada disini bukanlah harga
mati bagi guru untuk membentuk kerangka pikirnya sendiri dalam pemilihan metode
pembelajaran yang tepat.
KERANGKA
PIKIR 2:
Interaksi
antar faktor-faktor dalam pemilihan metode pembelajaran yang tepat.
Dalam memilih metode pembelajaran, berdasarkan langkah pada kerangka pikir yang
kedua dapat dilakukan dengan dua cara yang berbeda, berikut penjelasannya:
Pertama,
guru telah menentukan metode apa yang akan dipakai. Metode tersebut
diinteraksikan dengan berbagai faktor yang ada, sehingga menghasilkan suatu
keputusan metode apa yang akan dipilih. Pada ilustrasi skema bisa dilihat alur
berdasarkan tanda garis merah/ RED LINE
(RL).
Kedua, guru belum menentukan
metode pembelajaran yang akan dipakai, tetapi guru terlebih dahulu
menginteraksikan berbagai faktor pertimbangan dalam pemilihan metode
pembelajaran. Berdasarkan hasil interaksi tersebut guru memperoleh gagasan dan
menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan.
Penggunaan
metode pembelajaran dalam sekali tatap muka tidak dibatasi pada penggunaan satu
metode saja, guru dapat mengkombinasikan beberapa metode pembelajaran
sekaligus, agar pembelajaran berjalan sesuai dengan harapan.
KERANGKA PIKIR 3:
Aplikasi. Pada bagian
ini, guru mengintegrasikan kondisi riil faktor-faktor tersebut dalam skema
pikiran pada rumus kerangka pikir 2, berikut contoh aplikasinya:
Pertama,
berpedoman pada RL:
Intinya adalah
mengkompromikan antara ide penggunaan suatu metode yang akan dipilih dengan
berbagai faktor. Bilamana dalam pengkompromian tersebut banyak kesesuaian, atau
selalu ada solusi, maka ide dapat diaplikasikan. Namun demikian, tidak menutup
kemungkinan ide penggunaan metode akan berubah bilamana tidak bisa
dikompromikan dengan faktor-faktor yang ada.
Kedua, berpedoman
pada BL:
Kegiatan pemilihan metode pembelajaran
oleh guru, merupakan serangkaian kerja pikiran dengan mengintegrasikan,
menginteraksikan, dan mengkompromikan metode pembelajaran dengan berbagai
faktor-faktor tersebut. Kegiatan ini memang tidak secara tersurat tergambar
seperti pada skema kerangka pikir di atas, akan tetapi skema diatas bertujuan
untuk mendeskripsikan dan memvisualisasikan kerja pikiran dalam bentuk
ilustrasi di atas. Memilih metode pembelajaran yang tepat termasuk dalam kerja
perencanaan pembelajaran.
Perencanaan yang matang adalah
perencanaan yang sistematis dan melakukan pertimbangan-pertimbangan yang
relevan dan proporsional. Produk perencanaan berupa learning design akan menjadi tidak berati manakala guru tidak
disiplin dengan perencanaan yang ia susun sendiri. Pelaksanaan pembelajaran
yang sesuai dengan learning design
akan memudahkan guru dan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan. Adanya kondisi-kondisi lapangan yang berbeda tidak bisa dijadikan
suatu alasan bagi guru untuk tidak disiplin menjalankan learning design yang telah ia susun.
Kondisi force major memang jarang terjadi, tapi juga tidak menutup
kemungkinan untuk terjadi. Memilih metode pembelajaran yang tepat jika
dilakukan melalui pertimbangan-pertimbangan faktor-faktor tersebut, tentu akan
meminimalisir kendala-kendala dalam pelaksanaan pembelajaran, termasuk jika
terjadi force major. Alasannya
karena, dengan memperhitungkan kondisi riil faktor-faktor tersebut, sama
artinya guru telah mengenali secara mendalam, mengidentifikasi, memahami segala
situasi dan aspek-aspek pembelajaran,
baik subjek pembelajaran maupun objeknya. Dengan demikian peranan guru sebagai
fasilitator pembelajaran telah memberikan kontribusi penting dalam peningkatan
kualitas pendidikan yang lebih baik, bagi konsepsi penyelenggaraan pendidikan
sebagai bagian dari human investment.
wah kalo udh bcra mtri lbh spsifik ,, q bsanya cma ksih ,smga tmbh the best aja bu,
BalasHapusowh, hi..nice 2 c u again.. have u read ur email?
BalasHapus