my 24-7 notez

Sabtu, 30 Maret 2013

Pentingnya Pemilihan Metode Pembelajaran bagi Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas


Trend pendidikan modern memusatkan kegiatan belajar pada aktifitas peserta didik. Guru tidak lagi mendominasi pelaksanaan pembelajaran di kelas. Paradigma pembelajaran yang demikian memiliki tujuan yang positif bagi pembangunan kualitas sumber daya manusia sebagai aset pembangunan bangsa dan negara. Student center sebagai salah satu pendekatan pembelajaran dirasakan lebih efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran sekaligus dalam membangun kecerdasan peserta didik yang meliputi tiga ranah penting. Wajah pendidikan di masa lalu selalu terfokus pada pembentukan kecerdasan pada ranah kognitif, sedangkan kecerdasan pada ranah afektif dan psikomotor sering kali diabaikan. Pendidikan di masa lalu kurang memberikan tempat dan pengakuan bagi pengembangan multi intelegency yang tidak hanya meliputi ranah kognitif, tetapi juga ranah afektif dan psikomotor peserta didik.  Pembelajaran yang hanya berkonsentrasi pada pembangunan kognitif ternyata kurang berhasil menciptakan sumber daya manusia yang dibutuhkan jaman.
Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher center), faktanya justru kurang memberikan ruang bagi perkembangan peserta didik agar memiliki kecerdasan di tiga ranah penting tersebut. Agar dapat meraih keberhasilan dalam hidup, seseorang tidak cukup berbekal kecerdasan kognitif saja. Pembentukan kapasitas dan kualitas seseorang yang diperoleh di bangku sekolah harus dilakukan dengan cara membangun ketiga ranah tersebut secara bersamaan. Pendekatan pembelajaran yang berbasis student center akan lebih aplikatif jika dituangkan dalam bentuk metode-metode pembelajaran. Berbagai inovasi pembelajaran marak disosialisasikan oleh para pakar pendidikan. Kalangan pendidik pun tidak mau kalah dalam berinovasi menemukan dan mengembangkan berbagai metode pembelajaran.
Komitmen positif para pemerhati pendidikan tersebut, bukan tanpa alasan. Berbagai problematika yang mewarnai pelaksanaan pembelajaran dipandang sebagai suatu hambatan dalam langkah nyata untuk mengembangkan kecerdasan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Metode pembelajaran memiliki arti penting dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan pembelajaran. Berikut ini adalah alasan pentingnya pemilihan metode pembelajaran bagi pelaksanaan pembelajaran di kelas, yakni:
1.      Metode sebagai strategi pembelajaran.
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008: 42) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
Perbedaan daya serap peserta didik terhadap pelajaran, memerlukan staregi pembelajaran yang tepat. Dalam satu kelas kemampuan peserta didik untuk menyerap pelajaran berbeda-beda, demikian pula gaya belajarnya. Sebagian peserta didik mungkin condong pada kemampuan menangkap pelajaran berdasarkan audiotori, visual, maupun audio – visual. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan mampu mengatasi perbedaan daya serap tersebut.
2.      Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Robert F. Mager (1962) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. Oemar Hamalik (2005) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran (diunduh dari http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/08/30/tujuan-pembelajaran-sebagai-komponen-penting-dalam-pembelajaran/, diakses pada Kamis, 27 Maret 2013).
Metode pembelajaran merupakan alat yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat akan menjadikan kegiatan belajar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dapat diukur dari perubahan perilaku peserta didik setelah proses pembelajaran usai. Dinyatakan sebagai perubahan perilaku, karena perubahan yang terjadi tidak hanya pada tataran pengetahuan peserta didik, tetapi meliputi sikap dan cara pandang peserta didik terhadap realitas disekitarnya.
Pemilihan suatu metode pembelajaran secara individu, maupun kombinasi antara beberapa metode pembelajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran harus disesuaikan dengan kondisi-kondisi yang mempengaruhi pembelajaran. Tujuan pembelajaran dikatakan tercapai manakala terjadi perubahan perilaku peserta didik, dan perubahan perilaku tersebut cenderung bertahan lama.
3.      Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik.
Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik maksudnya, metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan minat belajar seseorang. Penggunaan metode yang tepat dan bervariasi akan dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran konvensional yang tidak banyak menggunakan metode yang bervariasi dan kurang membuat siswa aktif, akan menimbulkan kebosanan. Siswa akan menjadi pasif, tidak bersemangat, dan antusiame rendah saat mengikuti pelajaran di kelas.
             Pemilihan metode belajar yang inovatif dan memberikan ruang yang luas bagi aktualisasi diri siswa akan memunculkan ‘kegembiraan belajar’. Kegembiraan belajar merupakan atmosfer yang perlu diciptakan oleh guru melalui penggunaan metode pembelajaran yang menantang, interaktif, menarik minat, serta mampu memenangkan perhatian siswa. Pemilihan metode pembelajaran harus mampu melibatkan setiap siswa di kelas untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan porsi dan peranan yang beragam. Dengan demikian, tidak ada seorang pun peserta didik yang tidak terlibat dalam proses berpikir, memahami, dan melakukan kegiatan belajar secara keseluruhan. Penggunaan metode belajar yang tepat, akan mampu meminimalisir adanya alasan siswa tidak memiliki kesempatan berpartisipasi, alokasi waktu yang kurang, terlalu banyaknya jumlah peserta didik dalam satu kelas, dan berbagai alasan yang menyebabkan siswa merasa bosan dan enggan secara intens melibatkan diri dalam pembelajaran siswa aktif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar