Trend pendidikan
modern memusatkan kegiatan belajar pada aktifitas peserta didik. Guru tidak
lagi mendominasi pelaksanaan pembelajaran di kelas. Paradigma pembelajaran yang
demikian memiliki tujuan yang positif bagi pembangunan kualitas sumber daya
manusia sebagai aset pembangunan bangsa dan negara. Student center sebagai salah satu pendekatan pembelajaran dirasakan
lebih efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran sekaligus dalam membangun
kecerdasan peserta didik yang meliputi tiga ranah penting. Wajah pendidikan di
masa lalu selalu terfokus pada pembentukan kecerdasan pada ranah kognitif,
sedangkan kecerdasan pada ranah afektif dan psikomotor sering kali diabaikan. Pendidikan
di masa lalu kurang memberikan tempat dan pengakuan bagi pengembangan multi intelegency yang tidak hanya
meliputi ranah kognitif, tetapi juga ranah afektif dan psikomotor peserta
didik. Pembelajaran yang hanya
berkonsentrasi pada pembangunan kognitif ternyata kurang berhasil menciptakan
sumber daya manusia yang dibutuhkan jaman.
Pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher
center), faktanya justru kurang memberikan ruang bagi perkembangan peserta
didik agar memiliki kecerdasan di tiga ranah penting tersebut. Agar dapat
meraih keberhasilan dalam hidup, seseorang tidak cukup berbekal kecerdasan
kognitif saja. Pembentukan kapasitas dan kualitas seseorang yang diperoleh di
bangku sekolah harus dilakukan dengan cara membangun ketiga ranah tersebut
secara bersamaan. Pendekatan pembelajaran yang berbasis student center akan lebih aplikatif jika dituangkan dalam bentuk
metode-metode pembelajaran. Berbagai inovasi pembelajaran marak
disosialisasikan oleh para pakar pendidikan. Kalangan pendidik pun tidak mau
kalah dalam berinovasi menemukan dan mengembangkan berbagai metode pembelajaran.
Komitmen positif
para pemerhati pendidikan tersebut, bukan tanpa alasan. Berbagai problematika
yang mewarnai pelaksanaan pembelajaran dipandang sebagai suatu hambatan dalam
langkah nyata untuk mengembangkan kecerdasan pada aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor. Metode pembelajaran memiliki arti penting dalam mengatasi
permasalahan-permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan pembelajaran. Berikut
ini adalah alasan pentingnya pemilihan metode pembelajaran bagi pelaksanaan
pembelajaran di kelas, yakni:
1.
Metode
sebagai strategi pembelajaran.
Strategi
pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008: 42)
menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan.
Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang
keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
Perbedaan daya
serap peserta didik terhadap pelajaran, memerlukan staregi pembelajaran yang
tepat. Dalam satu kelas kemampuan peserta didik untuk menyerap pelajaran
berbeda-beda, demikian pula gaya belajarnya. Sebagian peserta didik mungkin
condong pada kemampuan menangkap pelajaran berdasarkan audiotori, visual,
maupun audio – visual. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan mampu
mengatasi perbedaan daya serap tersebut.
2.
Metode
sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Robert F. Mager
(1962) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak
dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat
kompetensi tertentu. Oemar Hamalik (2005) menyebutkan bahwa tujuan
pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan
tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran (diunduh dari http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/08/30/tujuan-pembelajaran-sebagai-komponen-penting-dalam-pembelajaran/,
diakses pada Kamis, 27 Maret 2013).
Metode
pembelajaran merupakan alat yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan
metode pembelajaran yang tepat akan menjadikan kegiatan belajar dapat mencapai
tujuan pembelajaran yang diharapkan. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran
dapat diukur dari perubahan perilaku peserta didik setelah proses pembelajaran
usai. Dinyatakan sebagai perubahan perilaku, karena perubahan yang terjadi
tidak hanya pada tataran pengetahuan peserta didik, tetapi meliputi sikap dan
cara pandang peserta didik terhadap realitas disekitarnya.
Pemilihan suatu
metode pembelajaran secara individu, maupun kombinasi antara beberapa metode
pembelajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran harus disesuaikan
dengan kondisi-kondisi yang mempengaruhi pembelajaran. Tujuan pembelajaran
dikatakan tercapai manakala terjadi perubahan perilaku peserta didik, dan
perubahan perilaku tersebut cenderung bertahan lama.
3.
Metode
sebagai alat motivasi ekstrinsik.
Metode sebagai
alat motivasi ekstrinsik maksudnya, metode berfungsi sebagai alat perangsang
dari luar yang dapat membangkitkan minat belajar seseorang. Penggunaan metode
yang tepat dan bervariasi akan dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan
pembelajaran. Pembelajaran konvensional yang tidak banyak menggunakan metode
yang bervariasi dan kurang membuat siswa aktif, akan menimbulkan kebosanan.
Siswa akan menjadi pasif, tidak bersemangat, dan antusiame rendah saat
mengikuti pelajaran di kelas.
Pemilihan metode belajar
yang inovatif dan memberikan ruang yang luas bagi aktualisasi diri siswa akan
memunculkan ‘kegembiraan belajar’. Kegembiraan belajar merupakan atmosfer yang
perlu diciptakan oleh guru melalui penggunaan metode pembelajaran yang
menantang, interaktif, menarik minat, serta mampu memenangkan perhatian siswa.
Pemilihan metode pembelajaran harus mampu melibatkan setiap siswa di kelas
untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan porsi dan peranan
yang beragam. Dengan demikian, tidak ada seorang pun peserta didik yang
tidak terlibat dalam proses berpikir, memahami, dan melakukan kegiatan belajar
secara keseluruhan. Penggunaan metode belajar yang tepat, akan mampu
meminimalisir adanya alasan siswa tidak memiliki kesempatan berpartisipasi,
alokasi waktu yang kurang, terlalu banyaknya jumlah peserta didik dalam satu
kelas, dan berbagai alasan yang menyebabkan siswa merasa bosan dan enggan
secara intens melibatkan diri dalam pembelajaran siswa aktif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar