my 24-7 notez

Senin, 14 Januari 2013

Upaya yang dapat dilakukan oleh guru dalam pengembangan kurikulum IPS sesuai tujuan yang diharapkan sampai dapat menyentuh aspek afektif dan aspek psikomotor peserta didik:


Pembelajaran yang utuh adalah pembelajaran yang tidak hanya proses untuk memperoleh keberhasilan dalam pencapaian aspek kognitif saja, tapi harus mampu menyentuh aspek afektif dan psikomotor peserta didik. Aspek afektif berkaitan dengan sikap dan pengembangan karakter peserta didik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial. Psikomotor diartikan sebagai gerak, yang dalam pembelajaran memiliki makna gerak fisik yang dinamis, sehingga mengacu pada kemampuan dan keterampilan peserta didik setelah ia mempelajari sesuatu. Pembelajaran sendiri bertujuan untuk merubah perilaku peserta didik dalam tingkatan yang lebih baik dan ke arah perkembangan yang positif. Berikut ini adalah berbagai upaya yang dapat dilakukan oleh guru dalam pengembangan kurikulum IPS sesuai tujuan yang diharapkan sampai dapat menyentuh aspek afektif dan aspek psikomotor peserta didik:
1)        Guru perlu mengintegrasikan caracter building dalam pembelajaran yang ia selenggarakan.
Dalam menyusun rencana pembelajaran, guru diwajibkan untuk menyertakan nilai-nilai karakter budaya bangsa didalamnya. Terdapat 18 nilai karakter budaya bangsa yang dikembangkan dalam proses pembelajaran di sekolah-sekolan, dengan praktek penerapannya disesuaikan dengan perencanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru. Agar caracter building ini benar-benar terlaksana dan benar-benar berfungsi untuk membangun karakter bangsa yang sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila maka diintegrasikan dalam proses pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah-sekolah.
Dalam proses pembelajaran yang teruraikan dalam kegiatan pendahuluan, kegiatan inti (yang mencakup eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, serta kegiatan penutup harus tampak adanya tindakan riil yang dimaksudkan untuk membangun karakter peserta didik. Dengan demikian aspek afektif dan psikomotor peserta didik mendapatkan perhatian dan treatment yang seharusnya.
2)      Guru harus mampu membangun chemistry dengan peserta didik.
Istilah chemistry sering dipakai untuk menggambarkan kesesuaian atau kecocokan dalam suatu hubungan interaksi manusia. Dalam pembelajaran, chemistry menjadi hal yang penting untuk dibangun oleh guru dan peserta didik. Sering kali peserta didik merasa kurang antusias terhadap mata pelajaran tertentu karena berbagai alasan. Pembawaan sikap guru dalam melaksanakan pembelajaran, ternyata mampu mempengaruhi antusiasme belajar peserta didik. Bilamana sikap dan pembawaan guru kurang menyenangkan, maka akan ada ‘jarak’ antara guru dengan peserta didik. Guru harus berupaya untuk menumbuhkan antusiasme positif dalam pembelajaran yang diampunya, dengan cara beradaptasi dengan situasi dan karakter peserta didik.
Membangun chemistry dengan peserta didik sama halnya dengan melakukan pendekatan intrapersonal dengan peserta didik. Guru dapat bersikap terbuka dan selalu siap membantu peserta didik dalam belajar. Guru harus menunjukkan diri sebagai pribadi yang ramah dan mampu memahami kesulitan-kesulitan yang dihadapi peserta didik dalam pembelajarannya. Peserta didik sering kali menempatkan guru sebagai role model yang dianggap patut atau layak untuk ditiru. Sebagai role model, guru harus memiliki sikap yang memang patut dan layak untuk dicontoh. Keberhasilan dalam  membangun chemistry dengan peserta didik akan mampu membawa peserta didik meraih keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang tidak hanya menyentuh aspek kognitif, tetapi juga aspek afeksi dan psikomotor peserta didik.
3)      Guru harus dapat bertindak sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran.
Sebagai fasilitator, guru memfungsikan dirinya sebagai pembimbing, moderator, sekaligus sebagai evaluator dalam proses pembelajaran. Guru memberikan ruang gerak bagi peserta didik untuk mengembangkan imajinasi, pemikiran, kreativitas, dan inovasi yang dimiliki oleh peserta didik. Ini artinya, melalui pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya, peserta didik dapat secara maksimal mengembangankan kapasitas, kemampuan, dan keterampilan yang dimilikinya. Selain itu peserta didik dapat membagikan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya untuk mendorong peningkatan kompetensi teman sejawatnya (pears group).
Aktualisasi diri membutuhkan keberanian dan kepercayaan diri. Menjadi seorang fasilitator dalam proses pembelajaran berarti mendorong peserta didik untuk berani mengaktualisasikan dirinya. Afeksi dan psikomotor siswa berkaitan erat dengan pembangunan soft skill peserta didik, yang tidak hanya bermanfaat bagi pembelajaran di sekolah saja, tetapi akan memberikan manfaat bagi peserta didik dalam kehidupannya di tengah-tengah masyarakat.
4)      Ditinjau dari essensi proses pembelajaran, guru perlu merubah paradigma ‘mengajar’ (teaching) menjadi ‘membelajarkan’ (learning how to learn).
Paradigma pembelajaran oleh guru dalam konsep tradisional, guru bertindak sebagai satu-satuya sumber ilmu, sehingga proses pembelajaran justru didominasi oleh guru. Ada perbedaan tajam antara mengajar dan membelajarkan. Mengajar hanya sebatas pada belajar adalah transfer pengetahuan dari guru kepada murid. Lain halnya dengan membelajarkan, dalam membelajarakan proses pembelajaran merupakan keterpaduan andil antara guru dan peserta didik yang saling berinteraksi secara imbang. Guru selain sebagai pembimbing, juga bertindak sebagai partner dalam belajar. Membelajarkan juga berarti memberikan kesempatan pada peserta didik untuk menyampaikan, mengembangkan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya untuk memperluas pemahaman semua subjek belajar, bahkan termasuk guru.
Guru bukanlah satu-satunya sumber belajar, apalagi kebenaran dan pengetahuan ilmiah tidak selalu berasal dari guru. Dilihat dari sisi aspek afektif, ‘membelajarkan’ berati mengajak peserta didik untuk bersikap demokratis dan memiliki toleransi yang tinggi. Ini karena dalam pembelajaran yang dilaksanakan, setiap subjek belajar berkesempatan untuk mengajukan pendapatnya, baik pendapat yang sejalan maupun yang berbeda. Dilihat dari aspek psikomotor, membelajarkan  berarti porsi peserta didik dalam pembelajaran lebih besar dari pada porsi guru. Dengan demikian, pembelajaran berpusat pada aktivitas peserta didik (learning based on students activities).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar